Kumbanews.com -Sejak perang meletus di Jalur Gaza awal bulan lalu, ribuan anak telah menjadi korban dari serangan udara Israel.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, serangan Israel telah menewaskan 8.525 orang, dan 3.500 merupakan anak-anak.
Badan anak-anak PBB (UNICEF) memperkirakan jumlah korban anak-anak akan terus bertambah dalam beberapa minggu mendatang.
Juru bicara UNICEF, James Elder pada Rabu (1/11) mengungkapkan kekhawatirannya tentang lonjakan korban anak yang kini mengubah Gaza menjadi kuburan bagi ribuan anak.
“Jumlahnya sangat mengerikan, meningkat secara signifikan setiap hari. Gaza telah menjadi kuburan bagi ribuan anak. Ini adalah neraka bagi semua orang,” ujarnya, seperti dimuat The Star.
Elder mengatakan, peningkatan korban tidak bisa dihindari, di tengah blokade dan pembatasan bantuan kemanusiaan.
Dijelaskan Elder, kematian pada anak-anak, terutama bayi di Gaza karena kekurangan pasokan air bersih.
“Kapasitas produksi air di Gaza hanya 5 persen. Lebih dari satu juta anak yang tinggal di Jalur Gaza juga menderita kekurangan air bersih,” kata Elder.
Dia mendesak agar gencatan senjata segera dicapai dan akses bantuan kemanusiaan berkelanjutan seperti air, makanan, pasokan medis, dan bahan bakar dibuka dengan aman.
“Jika gencatan senjata tidak diraih, maka kita akan mengalami kengerian yang lebih besar yang menimpa anak-anak yang tidak bersalah,” tutur Elder.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), korban anak di Gaza tidak hanya sekarat karena pengeboman Israel, tetapi juga karena fasilitas kesehatan yang tidak memadai.
“Kami memiliki 130 bayi prematur yang bergantung pada inkubator, dan 61 persen di antaranya berada di wilayah utara,” kata jurubicara WHO Christian Lindmeier.
Israel melakukan pengepungan total terhadap Gaza setelah tanggal 7 Oktober, memutus pasokan makanan, bahan bakar, air dan listrik ke wilayah tersebut.
Dari 21-30 Oktober, 143 truk yang membawa makanan, air dan obat-obatan berhasil memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir.
Kendati demikian, pasokan tersebut dinilai PBB masih kurang, karena jumlah warga yang terdampak mencapai lebih dari 2 juta orang.
Sumber: RMOL