Kembang Api Tak Pernah Menyala, Nuraini Menangis Setelah Dapat Uang Palsu

Barang bukti diduga uang palsu pecahan Rp100 ribu yang diterima Nuraini saat berjualan kembang api di Mallengkeri. Setelah dibandingkan dengan uang asli, perbedaannya tampak jelas, teksturnya terasa kasar dan warnanya kusam. Lembar ini menjadi saksi rezeki seharian yang hilang, diganti air mata pedagang kecil menjelang akhir tahun. (Foto: Fyla Abdul/Kumbanews.com)

Kumbanews.com – Sejak pagi, Nuraini (51) duduk menunggu pembeli di lapak kecil kembang apinya di Mallengkeri, Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate. Ia bertahan dengan satu harapan sederhana, dagangannya laku dan bisa membawa pulang rezeki menjelang akhir tahun.

Hingga habis Magrib, lapaknya masih sepi. Harapan itu baru muncul ketika dua orang anak muda datang mengendarai sepeda motor matik warna hitam dan membeli kembang api. Transaksi itu menjadi satu-satunya penjualan Nuraini setelah seharian menunggu.

Bacaan Lainnya

Kembang api tersebut dijual seharga Rp24 ribu. Pembeli membayar dengan uang pecahan Rp100 ribu, lalu Nuraini memberikan uang kembalian Rp76 ribu tanpa curiga. Tak lama setelah pembeli pergi, ia menyadari uang yang diterimanya diduga uang palsu.

Nuraini kemudian membandingkan uang tersebut dengan uang asli miliknya. Saat itulah perbedaannya terasa jelas.

Teksturnya lebih kasar, sementara warnanya tampak kusam dan tidak setajam uang asli. Kesadaran itu membuat hatinya runtuh.

Kesedihan Nuraini pun pecah. Dengan tangan gemetar, ia memegang lembaran uang yang tak bernilai itu.

“Dari pagi sampai malam baru itu yang laku, tapi apes sekali dapat uang palsu,” ucapnya lirih sambil menangis, Kamis (25/12/2025).

Bagi Nuraini, uang hasil berjualan bukan sekadar alat bayar. Itu adalah hasil menunggu seharian, menahan lelah, dan menggantungkan harapan kecil di tengah sepinya pembeli. Namun harapan itu runtuh seketika.

Di lapak kecilnya yang mulai lengang, Nuraini hanya bisa memandangi kembang api yang tak lagi berarti apa-apa. Seharian menunggu rezeki, satu-satunya jualan yang laku justru meninggalkan luka.

Uang palsu itu bukan hanya merampas hasil dagangannya, tetapi juga menghapus harapan yang ia kumpulkan sejak pagi, menyisakan air mata seorang ibu yang pulang dengan tangan kosong.

Hingga berita ini ditayangkan, Nuraini berharap kejadian tersebut dapat ditindaklanjuti pihak kepolisian agar pedagang kecil tidak lagi menjadi korban peredaran uang palsu, khususnya menjelang pergantian tahun.

 

Penulis: Fyla Abdul
Editor : M. Yusuf

 

Pos terkait