Mati Suri 30 Menit, Ibu Muda di Baros Sukabumi Cerita Amalnya Hilang Gegara Ghibah

  • Whatsapp

Ilustrasi

Kumbanews.com – Warga Baros Kota Sukabumi, Triyono (44 tahun) tak menyangka sang istri mengalami peristiwa ajaib, yakni mati suri. Kejadian mati suri tersebut 2 kali menimpa sang istri, Ulfah Hidayati (35 tahun). Mati suri yang pertama terjadi pada bulan Mei tahun 2022 dan tidak berselang lama terjadi lagi pada bulan Juli ditahun yang sama.

Bacaan Lainnya

Sebagai suami Triyono yang selalu menjaga disamping sang istri saat dirawat, menyaksikan sendiri bagaimana sang istri yang sudah tidak memiliki detak jantung, dan menurut dokter dipastikan sudah tiada, kembali hidup dan bercerita pengalamannya.

Peristiwa ini dikisahkan Triyono karena sang istri yang sudah almarhum pada bulan agustus 2022 sempat berpesan agar pengalaman spiritual yang dialaminya selama mati suri diceritakan pada orang lain untuk menjadi nasihat dan pelajaran.

Alkisah, Ulfah Hidayati sejatinya pada bulan April 2022 di vonis dokter mengidap penyakit gagal ginjal, penyakit tersebut (nyaris tanpa gejala) hanya ada indikasi mudah lelah yang Ulfah rasakan. Setelah itu, dokter menyarankan agar Ulfah melakukan cuci darah rutin setiap Senin dan Kamis. Sesuai saran dokter, cuci darah rutin berjalan dilakukan, sampai pada suatu hari di bulan Mei 2022, sesaat setelah cuci darah Ulfah merasakan sesak nafas yang luar biasa.

Pada saat itu Ulfah langsung ditangani perawat di IGD. “Saat di IGD itu, saya panik karena istri saya tidak bergerak dan layar komputer menunjukan tanda datar, setelah diperiksa oleh dokter, istri saya dinyatakan sudah tiada (meninggal). Saya sudah pasrah saja, mungkin sudah takdirnya. Namun saat semua peralatan medis dibuka, berselang 15 menit istri saya terlihat bergerak lagi,”. ungkap Triyono menjelaskan cerita istrinya mati suri pertama kalinya.

Karena kondisi Ulfah sudah sadar namun masih terlihat lemas, maka sesuai saran perawat, Ulfah akhirnya langsung dirawat selama dua hari. “Setelah dirawat dua hari dan kondisi Ulfah membaik, perawat membolehkan pulang,” ungkap Triyono.

Saat terjadi mati suri yang pertama itu tidak ada cerita apa-apa dari Ulfah kepada suaminya. “Setelah itu kembali rutin cuci darah sesuai jadwal,” imbuh Triyono. Menurut Triyono, sampai kemudian tiba di bulan Juli, Ulfah merasakan sakit dan pusing, dan meminta untuk dirawat lagi. “Nah, pada saat di rumah sakit, baru satu hari dirawat, terjadi lagi. Tepat tengah malam istri saya mengalami kejadian mati suri lagi. Setelah diperiksa oleh dokter jaga dan dipastikan ulfah sudah tiada ,” tutur Triyono.

Malam itu saya berusaha tenang, kata Triyono, setelah semua peralatan medis dibuka dan semua hendak dirapikan untuk pemulasaraan jenazah. “Saya peluk istri saya dan sambil membaca dzikir tepat dikepalanya,”.

Di situlah keajaiban terjadi. “Saat saya terus membaca dzikir dan memeluknya hampir 30 menitan sambil menunggu keluarga pada datang, di luar dugaan Ulfah bergerak dan mengucap istighfar agak keras dan matanya menatap saya dengan tajam (melotot),” kenang Triyono.

Malam itu sangat hening dan saya tidak bisa tidur khawatir sesuatu terjadi dan di situlah mendiang Ulfah cerita tentang apa yang terjadi dalam mati surinya. “Jadi dalam waktu sekira 30 menit itu, ulfah menceritakan dirinya seolah-olah sudah meninggal dan sudah dikubur. Saat diantar ke kubur ulfah menceritakan bagaimana ia bisa melihat keluarga, anak dan juga suami mengantarkannya ke kuburan,” ucap Triyono.

Kemudian kata Triyono, “Saat sudah di dalam kubur itu, Ulfah menceritakan ia didatangi sosok yang tidak dikenal dan sosok itu memperlihatkan layar yang besar, dimana dalam layar besar itu diperlihatkan semua amal perbuatan Ulfah selama di dunia, amal baik dan amal buruk terlihat semua,” jelas Triyono.

Sementara Ulfah diperlihatkan semua amalnya itu, kata Triyono terjadi komunikasi antara Ulfah dan sosok yang tidak dikenalnya itu. “Inilah catatan semua amal perbuatan kamu selama di dunia,” kata sosok itu. Kemudian Ulfah menyampaikan “Kenapa amal baik saya sedikit, padahal saya suka salat, suka ngaji, suka puasa, suka mengajar ngaji anak-anak, suka tahajud,” kata Ulfah dalam ceritanya.

Kemudian sosok itu menjawab “Amal baik kamu itu tertutup oleh ghibah yang sering kamu lakukan,” kata sosok itu kepada Ulfah. “Sontak saja, saya memprotes kenapa bisa terjadi begitu.” kata Ulfah dalam ceritanya.

Kemudian sosok itu menyampaikan lagi bahwa ghibah itu ibarat api membakar gunung. “Jadi kamu punya kebaikan sebesar gunung pun akan habis dilalap api,” kata sosok itu. Lantas kata Triyono, setelah mendengar ucapan seperti itu, Ulfah dalam ceritanya meminta kepada sosok itu untuk diberi kesempatan kembali ke dunia dengan menyatakan akan lebih giat lagi dalam mendidik anak-anak mengaji,” sambung Triyono.

Kemudian, sosok itu mengizinkan Ulfah untuk kembali lagi ke dunia dengan memberikan syarat agar Ulfah menyampaikan kepada orang-orang tentang bahaya ghibah itu. “Silakan kamu kembali ke dunia dan sampaikan kepada orang-orang yang kamu temui, bahwa ghibah itu dapat membakar amal kebaikan ibarat api membakar gunung,” ujar Triyono menirukan cerita Ulfah.

Selanjutnya, kata Triyono, cerita pengalaman spiritual malam itu tersimpan dalam ingatan Ulfah dan Triyono, sampai kemudian Ulfah keesokan harinya dinyatakan boleh pulang oleh dokter. Namun, kata Triyono, tiga hari kemudian, tepatnya tanggal 31 Agustus 2022, istri saya kembali sakit dan dirawat. Nah yang terakhir dirawat itu benar-benar sudah takdirnya “Ulfah benar-benar sudah tiada dan pergi untuk selamanya,” ujarnya.

Semoga cerita ini, kata Triyono, menjadi penebus atas pernyataan istri saya yang berjanji akan menceritakan apa yang dialaminya dalam mati surinya. “Semoga Almarhum mendapat tempat terbaik disisi-Nya,” ujar Triyono seraya menutup ceritanya kepada sukabumiupdate.com, kamis (23/03/2023).

Source: teras

Pos terkait