Bursa Asia Tergelincir di Awal Pekan, Sentimen Geopolitik dan Kekhawatiran AI Membebani Pasar

Ilustrasi

Kumbanews.com – Pasar saham Asia dibuka melemah pada awal perdagangan Senin (15/12/2025), mengikuti tekanan yang lebih dulu melanda bursa utama Eropa dan Wall Street. Ketegangan geopolitik global serta meningkatnya kewaspadaan investor terhadap sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjadi faktor utama yang menekan pergerakan indeks regional.

Sejumlah bursa utama Asia tercatat bergerak di zona merah. Indeks ASX 200 Australia merosot 0,73 persen ke level 8.634. Pelemahan pasar Australia juga dipicu sentimen negatif domestik, menyusul insiden penembakan terburuk dalam tiga dekade terakhir yang terjadi pada Minggu (14/12).

Bacaan Lainnya

Di Korea Selatan, indeks Kospi dibuka anjlok 2,16 persen dan kemudian masih bertahan melemah 1,52 persen ke posisi 4.103,83. Sementara itu, pasar saham Jepang turut tertekan. Indeks Nikkei 225 jatuh 1,44 persen ke level 50.105,55, sedangkan indeks Topix turun 0,27 persen.

Tekanan di pasar Asia mencerminkan sikap hati-hati investor global yang mencermati perkembangan geopolitik serta risiko lanjutan dari euforia dan valuasi tinggi saham-saham berbasis teknologi, khususnya sektor AI. Kekhawatiran terhadap potensi koreksi dan regulasi di sektor tersebut mendorong pelaku pasar memilih aset yang lebih aman.

Selain faktor global, pasar Asia juga menanti rilis sejumlah data ekonomi penting yang berpotensi memengaruhi arah pergerakan indeks. China dijadwalkan mengumumkan data penjualan ritel, sementara Jepang akan merilis hasil Survei Tankan oleh Bank of Japan (BOJ) yang mencerminkan sentimen dunia usaha pada kuartal keempat.

Di tengah tekanan regional tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta justru diproyeksikan bergerak relatif positif. Setelah ditutup menguat 0,46 persen pada akhir pekan lalu di level 8.660, IHSG diperkirakan berpotensi melanjutkan penguatan di kisaran 8.600 hingga 8.700, ditopang sinyal teknikal yang masih konstruktif.

Pelaku pasar domestik dinilai masih selektif dan mencermati perkembangan global, sembari memanfaatkan peluang di tengah volatilitas yang membayangi pasar keuangan kawasan. (***)

Pos terkait