Chip Kuantum Google Guyur Duit, IHSG Pasrah Merah

  • Whatsapp

Ilustrasi (Foto: livescience.com)

Kumbanews.com – Optimisme pelaku pasar di Wall Street terkesan kembali bertahan di sesi perdagangan pertengahan pekan ini. Sejumlah sentimen menjadi andalan investor untuk bertahan optimis. Kabar pertama datang dari rilis inflasi bulanan AS yang diklaim sebesar 0,3 persen dan secara tahunan sebesar 2,7 persen atau sesuai ekspektasi pelaku pasar.

Bacaan Lainnya

Rilis data inflasi tersebut juga diyakini kondusif bagi The Fed untuk melakukan penurunan suku bunga lanjutan pada pertemuan pekan depan. Ekspektasi tersebut kemudian memantik aksi akumulasi secara selektif hingga mampu mengangkat Indeks mencetak rekor tertingginya.

Sentimen kemudian datang dari perusahaan raksasa teknologi internet, Alphabet yang merupakan induk dari Google. Perusahaan terkemuka tersebut mengklaim telah berhasil membuat Chip kuantum yang diklaim mampu melakukan kalkulasi hanya dalam waktu kurang dari 5 menit dibanding kinerja super komputer tercanggih saat ini yang membutuhkan waktu hingga 10 septillion tahun atau 10 triliun triliun tahun.

Kinerja sangat fantastis Chip ini kemudian memicu optimisme brutal di Wall Street. Harga saham induk perusahaan Google tercatat melambung fantastis hingga kisaran 11 persen sejak rilis Chip kuantum tersebut. Lonjakan saham Google ini kemudian turut mengangkat sentimen saham teknologi lain hingga kemudian melonjakkan indeks Nasdaq untuk mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah.

Rilis keberhasilan Chip kuantum akhirnya terkesan sebagai raksasa teknologi Google yang sedang mengguyur duit alias profit di bursa Wall Street. Pantauan menunjukkan, Indeks Nasdaq yang menutup sesi dengan melambung curam 1,77 persen di 20.034,89 yang sekaligus menembus level psikologis barunya di kisaran 20.000.

Namun kinerja gemilang Indeks Nasdaq tak terlalu berdampak pada sesi perdagangan di Asia. Pantauan menunjukkan, gerak Indeks di Asia yang masih bervariasi sebagai cermin dari sikap ragu pelaku pasar. Minimnya sentimen regional terutama dari China dan Jepang, memperkukuh sikap ragu pelaku pasar. Gerak Indeks akhirnya cenderung terjebak di rentang terbatas dan mixed. Pelaku pasar terlihat masih menantikan rilis data indeks harga produsen di AS yang diagendakan pada Kamis malam nanti waktu Indonesia Barat untuk lebih meyakinkan dalam mengambil keputusan.

Hingga sesi perdagangan berakhir, Indeks Nikkei (Jepang) naik tajam 1,21 persen di 39.849,14, sementara indeks ASX200 (Australia) melemah 0,28 persen di 8.330,3, dan indeks KOSPI (Korea Selatan) mencetak rebound lanjut dengan melompat 1,62 persen di 2.482,12. Bervariasi nya indeks di sesi perdagangan Asia ini kemudian memaksa bursa saham Indonesia jatuh dalam pesimisme. Sentimen guyuran duit dari Google dan rilis data inflasi AS dengan demikian gagal berlanjut di Asia.

Pantauan memperlihatkan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali mengalami tekanan jual. IHSG terpantau sempat berupaya melawan dengan mampu menjejak zona penguatan tipis di sesi perdagangan pagi, namun dengan mudah kembali beralih merah. IHSG kemudian kian berada dalam tekanan jual tajam di sesi sore. IHSG akhirnya menutup sesi hari ini, Kamis 12 Desember 2024 dengan runtuh 0,94 persen di 7.394,23.

Pantauan lebih rinci dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan, kinerja saham unggulan yang juga bervariasi sebagai cermin dari keraguan investor. Sejumlah kecil saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan masih mampu bertahan positif, yaitu: UNTR, PGAS, ISAT dan JPFA.

Sedangkan sejumlah besar saham unggulan lain terseret kembali di zona merah, seperti: BBRI, BMRI, BBCA, BBNI, ASII, ADRO, TLKM, ITMG, SMGR, dan ICBP. Pantauan juga menunjukkan, kinerja saham AADI yang kembali merosot. Saham yang sempat menjadi buruan investor sejak IPO 5 Desember lalu itu tercatat menurun untuk kedua kalinya usai melambung liar di auto reject atas dalam tiga hari sesi perdagangan pertamanya.

Namun aksi investor memburu AADI terkesan mulai reda sejak Selasa lalu. Pada sesi hari ini, AADI tercatat menutup sesi di Rp9.200 atau menurun 4,16 persen. Volume perdagangan AADI tercatat mencapai lebih dari 700 ribu lot.

 

 

 

 

 

Sumber: RMOL

Pos terkait