IHSG dan Rupiah Kompak Tumbang Usai Sertijab Menkeu, Pasar Cemas?

Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Foto: YouTube Kemenkeu RI)

Kumbanews.com – Pasar keuangan dalam negeri langsung bereaksi negatif setelah Sri Mulyani Indrawati resmi melepas jabatan Menteri Keuangan kepada Purbaya Yudhi Sadewa pada Selasa, 9 September 2025.

Bacaan Lainnya

Pada perdagangan sore ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 128,59 poin atau 1,66 persen ke level 7.638,25.

Padahal sejak pembukaan, IHSG sempat menguat hingga menyentuh 7.791, sebelum tertekan ke titik terendah 7.624 menjelang akhir sesi pertama.

MengutiP RTI Infokom, investor tercatat melakukan transaksi Rp15,07 triliun dengan 23,13 miliar lembar saham yang diperdagangkan.

Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) pun menyusut ke Rp13.802 triliun. Secara rinci, 510 saham terkoreksi, 193 saham menguat, dan 100 stagnan.

“Pasar belum melihat hasil reshuffle memiliki kualitas yang seimbang,” kata Penggiat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa kepada RMOL.

Pelemahan serupa juga menimpa Rupiah. Mata uang Garuda ditutup melemah 172 poin ke posisi Rp16.481 per Dolar AS, setelah sempat terperosok hingga minus 190 poin.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai, pencopotan mendadak Sri Mulyani dari kursi Menkeu memicu kepanikan investor.

“Sri Mulyani adalah simbol stabilitas dan kepastian bagi investor domestik maupun asing. Beliau merupakan jangkar sentimen investor,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya.

Ia mengingatkan, sebelumnya isu penjarahan yang menimpa rumah Sri Mulyani juga sempat memicu aksi jual saham dan obligasi domestik, meski kemudian mereda setelah ia memberikan klarifikasi di Instagram.

Namun, pemberhentiannya pada Senin disebut menjadi pukulan besar bagi kepercayaan pasar.

“Pasar langsung bereaksi negatif terhadap reshuffle tersebut, terbukti arus keluar modal asing atau capital outflow dari saham mencapai 254 juta Dolar AS (Rp4,1 triliun)hanya dalam empat hari pertama September, dengan obligasi mencatat penjualan lebih besar,” lanjut Ibrahim.

Kepergian Sri Mulyani dianggap menimbulkan ketidakpastian baru atas arah kebijakan fiskal di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Pengalaman panjangnya menghadapi berbagai krisis, mulai dari jatuhnya rupiah 2018 hingga pandemi Covid-19, selalu menjadi faktor penenang bagi pasar.

Sementara itu, perdagangan besok diperkirakan masih penuh tekanan. Rupiah diproyeksi bergerak fluktuatif dan berakhir di rentang Rp16.480 hingga Rp16.540 per Dolar AS.

 

 

 

 

 

Sumber: RMOL

Pos terkait