Investor Cecar Zuckerberg soal Saham Facebook yang Anjlok 40%

Kumbanews.com – Beberapa bulan ini telah menjadi waktu yang buruk bagi para investor Facebook.

Saham jaringan sosial terbesar dunia itu telah anjlok hampir 40% sejak mencapai level tertinggi pada 25 Juli, bahkan setelah rebound moderat, Senin (26/11/2018).

Bacaan Lainnya

Perusahaan telah menghadapi serangkaian kritik terkait dengan banyaknya manipulasi yang dilakukan di platform itu untuk menyebarkan informasi palsu dan kritik kepemimpinan yang tidak memadai dan kontroversial, yang diperinci New York Times dalam laporan investigasi panjang awal bulan ini.

Kapitalisasi pasar Facebook yang bernilai US$200 miliar (Rp 2.898 triliun) pada saat harga sahamnya mencapai tertinggi, telah berkurang lagi sebagiannya. Hal tersebut diakibatkan aksi jual atau sell-off di saham teknologi, yang telah jatuh sejak bulan Agustus di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan ancaman Presiden perang dagang Trump.

Tetapi, penurunan saham Facebook telah dimulai jauh sebelum itu dan sahamnya telah berkinerja buruk di bawah Nasdaq dan rekan-rekan raksasa teknologi lainnya tahun ini, dilansir dari CNBC International.

Masalah bagi Facebook saat ini adalah mencari jalan keluar.

Model bisnis Facebook, yang bergantung pada semakin banyak pengguna yang berbagi lebih banyak informasi dan bagi pengiklan untuk terus membayar untuk dapat menjangkau mereka, mulai terlihat goyah karena kepercayaan di jaringan media sosial itu memburuk.

Namun di puncak perusahaan, CEO Mark Zuckerberg (34 tahun), memiliki begitu banyak kepemilikan dan kendali sehingga dewan dan pemegang saham memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk menggunakan pengaruh apapun.

“Facebook telah kehilangan kepercayaan dari konstituensinya, dan untuk mendapatkannya kembali mereka perlu melakukan sesuatu yang signifikan,” kata Daniel Newman, analis utama di Futurum Research, yang berfokus pada teknologi digital.

“Staf humas mereka sejauh ini kosong dan tidak cukup, dan dengan pertumbuhan yang sudah terhenti mereka harus mulai mengubah sentimen sekarang.”

Pos terkait