Kumbanews.com – Joko Widodo dan Prabowo Subianto semakin sering menciptakan dan meminjam slogan, frasa, atau istilah asing jelang Pilpres 2019. Dua calon presiden yang sedang bertarung ini silih berganti melontarkan kata-kata asing itu di sejumlah forum terbuka.
Prabowo saat memberi pembekalan di Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10), mencetuskan slogan Make Indonesia Great Again. Di forum yang sama Prabowo memperkenalkan istilah economic of stupidity atau ekonomi kebodohan sebagai kritik terhadap tata kelola perekonomian nasional.
Jokowi pun tak mau kalah. Berpidato di forum pertemuan IMF-World Bank di Bali, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menggunakan frasa Winter is Coming, yang dipinjamnya dari serial Game Of Thrones untuk menggambarkan kekuatan ekonomi dunia yang terus bersaing.
Pada kesempatan lain Jokowi juga meminjam salah satu karakter dalam film Avengers, yakni Thanos, ketika berpidato soal kondisi perekonomian global.
Slogan atau kata-kata asing itu seketika jadi sorotan media. Namun reproduksi slogan dari kedua capres itu dinilai tidak berkorespondensi dengan kenyataan alias baru sebatas permainan kata-kata.
Politikus PDIP Adian Napitupulu menyebut slogan Make Indonesia Great Again justru tak lebih sebagai sindiran terhadap mertua Prabowo, Presiden kedua RI Soeharto.
Adian mendasarkan pernyataannya dari rekam jejak pengelolaan ekonomi rezim Orde m selama 32 tahun berkuasa. Dia mencontohkan soal penguasaan tanah lewat dua kontrak karya yakni Freeport dan Inco [Vale] yang dimulai pada era Soeharto.
“Jadi, kalau bicara siapa yang membagi-bagikan tanah untuk perusahaan asing, ya, mertuanya sendiri. Artinya, ya mungkin dia sedang menyindir mertuanya sendiri,” kata Adian dalam program Layar Pemilu Tepercaya yang tayang di CNN Indonesia TV, Senin malam.
Selain itu Adian juga menyebut slogan yang digaungkan Prabowo tersebut telat mirip dengan dipakai Joko Widodo lima tahun lalu melalui slogan ‘Indonesia Hebat’. Slogan ini juga ciri khas Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat kampanye.
“Sudah telat lalu plagiat,” kata Adian.
Di acara yang sama, mantan pengajar Filsafat di Universitas Indonesia Rocky Gerung menduga publik tak peduli dengan banjir slogan asing dari Prabowo maupun Jokowi. Rocky selama ini dikenal sebagai salah satu tokoh yang kerap melontarkan kritik keras pada Jokowi.
Alih-alih dimengerti publik, peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) ini menyebut penggunaan kata-kata asing itu hanya upaya membedakan diri antara Prabowo dan Jokowi.
Rocky pun beranjak lebih jauh dengan menelusuri muasal kata-kata itu digunakan. Dalam kasus Prabowo, dia meyakini slogan seperti economic of stupidity mencerminkan gaya khas Prabowo yang konsisten mempermasalahkan kebijakan ekonomi.
Ini berbeda dengan slogan yang keluar dari mulut Jokowi yang diduganya disodorkan oleh tim yang ada di belakangnya. Dugaan ini berdasarkan asumsi Rocky terkait keterbatasan literasi Jokowi.
Setahu saya, literasi Pak Jokowi itu adalah soal nama-nama ikan. Jadi, agak jauh dengan satu imajinasi di dalam buku yang kemudian yang dibuat menjadi series, yaitu Game of Thrones. Artinya, Pak Jokowi tidak mengerti masalah ini. Istilah itu hanya disodorkan,” ujarnya.
Rocky juga mengkritik Jokowi ketika menukil frasa Winter is Coming dalam pidato di pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Bali.
Frasa Winter is Coming seperti dijelaskan Jokowi merujuk pada pertarungan ekonomi antar negara-negara besar sehingga mereka tak menyadari ancaman yang lebih besar seperti perubahan iklim, terorisme, dan menurunnya ekonomi global.
Rocky mengibaratkan apa yang disampaikan Jokowi sebagai kritik seorang sosialis terhadap para kapitalis.
“Sialnya, IMF itu kan forum kapitalis, dan Presiden adalah tuan rumah. Jadi, kontradiktif itu pernyataannya. Mereka pasti hanya tertawa, di saat mereka diundang tapi juga dikritik oleh Indonesia,” sindir Rocky.
Adian sendiri menolak perumpamaan Rocky soal kritik seorang sosialis terhadap para kapitalis. Menurut Adian pidato Jokowi terkait frasa Winter is Coming justru mencerminkan keberanian mantan Gubernur DKI itu untuk memperingatkan dunia dan negara-negara adikuasa soal bahaya perang dalam bentuk apapun.
Lebih lanjut Adian menegaskan bahwa pidato Presiden itu bukan sebagai tanggapan terhadap pernyataan Prabowo Subianto. Dan apa yang disampaikan Jokowi itu, menurut Adian, justru bertolak belakang dengan yang disampaikan Prabowo di sejumlah forum.
“Dia [Jokowi] sedang memperingatkan dunia, bukan Prabowo. Menurut saya ini luar biasa, Prabowo berkali-kali dalam pidatonya memuji Amerika. Sementara Jokowi bahkan berani menegur Amerika, kapitalis-kapitalis dunia itu, di depan forum kapitalisme,” ujar Adian.