Ratu Inggris, Elizabeth II/Net
Kumbanews.com – Mendiang Ratu Inggris, Elizabeth II disebut memiliki stigma negatif tentang Israel dan warganya sehingga hubungan mereka menjadi tidak akur.
Hal itu disampaikan oleh mantan Presiden Israel, Reuven Rivlin dalam sebuah acara gala di London, yang memperingati 100 tahun Institut Teknologi Technion Haifa, seperti dikutip dari New Arab pada Kamis, 12 Desember 2024.
Rivlin menyebut Ratu memiliki keyakinan bahwa orang-orang Israel adalah teroris.
“Mendiang Ratu Elizabeth II percaya bahwa semua orang Israel adalah teroris atau anak-anak teroris,” ujar Rivlin.
Dia menilai pandangan tersebut mengakibatkan hubungan Ratu Elizabeth dan Israel menjadi tidak bersahabat.
“Dia menolak untuk menerima pejabat Israel mana pun di Istana (Buckingham), kecuali untuk acara-acara internasional,” paparnya.
Mantan Presiden Israel yang menjabat tahun 2014-2021 itu membandingkan perbedaan sikap Ratu Elizabeth dengan putranya, Raja Charles III yang dinilai sangat ramah terhadap Tel Aviv.
Selama masa jabatannya sebagai raja selama 70 tahun, Ratu Elizabeth tidak pernah mengunjungi Israel meskipun melakukan kunjungan resmi ke banyak negara lain.
Menurut beberapa laporan, Ratu juga enggan menyambut pejabat Israel di Istana Buckingham, kecuali pada acara atau kegiatan internasional.
Pada tahun 1984, Ratu Elizabeth mengunjungi Yordania, di mana ia bertemu dengan Raja Hussein I dalam perjalanan empat hari ke negara tersebut.
Pangeran William, cucu ratu, diyakini sebagai satu-satunya bangsawan Inggris yang pernah mengunjungi Israel dalam kapasitas resmi, selama acara kemerdekaan Israel, yang dikecam oleh banyak warga Palestina dan aktivis.
Di dunia maya, komentar dari Rivlin telah memicu tanggapan yang luas dan beragam dari pengguna media sosial, banyak di antaranya memuji mendiang raja atas sikapnya yang tegas terhadap kejahatan Israel.
“Mendiang Ratu Elizabeth adalah wanita bijak dalam pemerintahannya yang panjang, ia berkeliling dunia tetapi menolak untuk mengunjungi Israel karena serangan teroris di Hotel King David pada bulan Juli 1946 yang menewaskan 91 orang & melukai 45 orang. Banyak dari mereka adalah perwira Inggris. Israel didirikan atas dasar terorisme,” tulis seseorang di internet.
“Dugaan saya, hal itu tidak ada hubungannya dengan perlakuan mereka terhadap Palestina, tetapi lebih berkaitan dengan kelompok bersenjata Zionis awal seperti Lehi dan kampanye mereka melawan Inggris,” kata yang lain.
“Ratu jauh lebih pintar daripada yang saya kira,” komentar seseorang.
Pernyataan Rivlin muncul saat Israel terus melancarkan perang brutal di Jalur Gaza yang terkepung.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan 44.758 orang sejak 7 Oktober 2023 dan melukai sedikitnya 106.134 orang lainnya.
Perang tersebut meratakan seluruh lingkungan dan menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam.
Sumber: RMOL