Kumbanews.com – Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) melakukan MoU dengan sejumlah pihak agar proses pengrekrutan CPNS 2018 berjalan aman dan transparan. MoU ini ditandatangani oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Badan Kepegawaian Negara (BKN), hingga Polri.
Menteri PAN-RB Syafruddin mengatakan MoU ini dilakukan dengan tujuan menjaga keamanan dalam proses pendaftaran CPNS.
“Kapolri akan membantu pengamanan dari segala aspek,” ujarnya di Kantor Kemenpan RB, Jakarta, Jumat 28 September 2018.
1. Pembukaan pendaftaran hingga ke tingkat daerah
Syafruddin mengatakan perlunya pengamanan dalam proses pendaftaran CPNS dikarenakan tahun ini pembukaannya untuk semua daerah. Sementara pada 2017, pembukaan CPNS hanya untuk lembaga. Sehingga tingkat pengamanan pun harus dinaikkan untuk mencegah konflik muncul.
“Yang akan mendaftar pada CPNS ini mencapai 5 juta orang. Ini termasuk pelibatan masa yang sangat besar. Artinya namanya massa besar, mungkin akan ada peserta yang akan puas atau tidak puas dengan hasilnya. Ketidakpuasan itu yang nantinya bisa menimbulkan konflik. Ujung-ujungnya demo, kalau sudah seperti itu akan menjadi urusan kepolisian,” ujar Kapolri, Tito Karnavian di Gedung Kemenpan RB, Jakarta, Jumat 28 September 2018.
2. Menjadikan proses pendaftaran yang transparan dan bersih
Tito Karnavian mengatakan kunci untuk meredam adanya gejolak-gejolak tersebut adalah dengan melaksanakan proses pendaftaran yang transparan dan bersih. Dengan begitu, para peserta juga bisa mengetahui mengapa dirinya bisa lolos atau tidak.
“Kuncinya adalah transparasi. Tahap dalam pengumuman yang resmi. Jadi orang bisa tahu kenapa saya gugur dan tidak lolos seperti yang lain. Transparansi ini membuat konflik bisa diredam. Dan peserta pun bisa memahami dan mengakui peserta lain yang lolos,” tutur Tito.
3. Pendaftaran CPNS bisa menghasilkan SDM yang kompeten
Dengan pelaksanaan pendaftaran yang transparan dan bersih, maka diharapkan proses pengrekrutan CPNS ini bisa menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi.
“Jadi yang lulus ini benar-benar yang kompeten. Dan yang tidak lulus juga paham bahwa dirinya belum memenuhi syarat,” katanya.