Kumbanews.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan model penularan virus Corona di Indonesia telah masuk dalam tahapan penularan komunitas. Klasifikasi ini berarti Indonesia sudah mengalami penyebaran yang lebih besar dari penularan lokal atau community transmission.
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menyampaikan dalam tahap penularan komunitas, pelacakan orang yang menjadi sumber penularan akan lebih rumit. Karena wabah COVID-19 ini meluas dan orang-orang yang sudah terinfeksi di tengah masyarakat sukar diidentifikasi.
Apalagi orang yang terinfeksi corona sekitar 76% terlihat sehat atau tidak bergejala. Lalu sekitar 11% hanya mengalami gejala ringan seperti flu atau batuk biasa. “Orang-orang ini membawa virus dan mampu menularkan. Ini yang berbahaya, karena orang ini tidak sadar bahwa dia membawa virus,” ujar Pandu.
Akibatnya akan banyak pasien yang positif menderita COVID-19 meski tidak bepergian ke negara yang terjangkit atau melakukan kontak dengan kasus lain yang terkonfirmasi. Mereka ini tidak tahu terinfeksi di mana dan dari siapa. Penularan virus antarorang terjadi di tengah masyarakat tanpa klaster yang jelas.
“Pelacakan kalau masih di awal pandemi sangat bermanfaat. Tapi sekarang karena levelnya saat ini, Indonesia masuk community transmision sudah hampir sulit diketahui siapa tertular dari siapa,” ujar doktor epidemiologi dari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat itu dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (19/4/2020).
Pandu menyebut naiknya level penularan tersebut bisa jadi disebabkan penyebaran virus Corona secara lokal sudah berlangsung sejak minggu ketiga Januari lalu. “Sejak minggu ketiga bulan Januari, bukan penularan dari impor lagi. Levelnya sudah penularan lokal,” katanya.
Menurut data yang dirilis WHO hampir sepekan lalu, selain Indonesia negara lainnya yang sudah dikategorikan masuk dalam level penularan komunitas yakni Turki, Iran, Amerika Serikat, Ekuador, Kanada, Brasil, Kolombia, dan Afrika Selatan.
Sementara pakar virologi dari University of Queensland, Australia Kirsty Short menyampaikan ketika otoritas kesehatan terkait tidak dapat melacak sumber infeksi dalam level penularan komunitas maka kondisinya benar-benar sangat mengkhawatirkan.
Ini hal yang sangat memprihatinkan. Dan tentu saja penularan komunitas bukan situasi yang ideal dari perspektif pengendalian infeksi,” ujar Short yang juga pengajar School of Chemistry and Molecular Biosciences University of Queensland seperti yang dikutip dari kantor berita ABC.
Saat kondisi sudah masuk dalam level penularan komunitas, Pandu menyarankan kepada masyarakat agar lebih disiplin menjalankan prinsip pembatasan sosial dan mematuhi program Pembatasan Sosial Berskala Besar. “Kita bisa menularkan satu sama lain. Makanya harus tinggal di rumah. Kita sudah tidak tahu lagi siapa yang menularkan,” ujarnya.(dt)