Kumbanews.com – Pasukan Mesir, Yordania, Lebanon, Suriah, Irak, dan Arab Saudi, meluncurkan serangannya kepada Israel, pada 15 Mei 1948. Itu adalah sehari setelah negara yang dipimpin oleh David Ben-Gurion itu mendeklarasikan kemerdekaannya dan menjadikan Israel negara Yahudi pertama dalam 2.000 tahun.
Negara-negara Liga Arab menentang keras pendirian negara Israel. Pada malam hari, 72 tahun lalu, mereka menunjukkan kemurkaannya. Perang Arab-Israel pecah.
“Angkatan Udara Mesir membom Tel Aviv. Militer Mesir juga menyerang Kfar-Darom dan Nirim pada 15 Mei 1948,” tulis Efrain Karsh dalam Sejarah Konflik Israel.
Serangan itu gagal. Kemudian militer Irak menyerang Gesher dan puri Belvoir sepanjang 15 – 22 Mei. Lagi-lagi serangan itu gagal. Militer Mesir masuk ke Beersheba, bergerak ke utara, ke pinggiran kota Yerusalem.
Negara Liga Arab terus mengepung Israel hingga berbulan-bulan lamanya.
Namun, serangan keroyokan itu tidak membuat Israel jatuh. Justru negara-negara Arab harus mengakui kehebatan Israel dalam perang konflik yang berlangsung 9,5 bulan itu.
Ketika Mesir membom kota Tel Aviv, Israel belumlah memiliki Angkatan Pertahanan yang baik. Tsva HaHagana LeYisrael alias Angkatan Pertahanan Israel atau Israel Defence Forces baru berdiri 13 hari setelah perang Arab Israel meletus. Negara yang baru berdiri atas restu Inggris itu hanya punya pasukan paramiliter terlatih bernama Haganah.
Haganah, pada September 1947 memiliki 10.489 senapan, 702 senapan mesin, 2,666 senapan mesin ringan, 186 senapan mesin ukuran sedang, 672 mortir ukuran 2 inci, dan 92 mortir ukuran 76 mm, seperti dikutip dari buku The Birth of the Palestinian Refugee Problem Revisited (2004), Benny Morris, dan beberapa sumber lainnya.
Israel berusaha memproduksi sendiri 3 juta peluru kaliber 9 mm, salah satunya untuk senapan mesin ringan Sten Gun. Mortir juga dibuat sendiri, termasuk mortir yang disebut Davidka. Meski ketika itu tembakan mortir tersebut tak akurat, setidaknya dentumannya bisa menurunkan moral musuh.
Orang-orang Yahudi di Israel dan di luar negeri bahu membahu bekerja keras melengkapi peralatan perangnya. Dari Amerika Serikat, tiga pembom Boeing B-17 Flying Fortress dibeli. Satu di antara pesawat itu ikut mengebom Kairo pada bulan Juli 1948.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera memfasilitasi perdamaian atas perang Arab-Israel sejak Desember 1948. Di sini ada campur tangan Amerika dan Inggris. Satu per satu negara Arab pun meninggalkan arena perang mundur dari Israel.
Mesir mundur 24 Februari 1949 dan terpaksa berdamai. Lebanon mengakui kalah dan mau berdamai pada 23 Maret 1949. Yordania mundur pada 3 April 1949, dan Suriah mundur pada 20 Juli 1949.
Kemenangan Israel membuat Haganah semakin kuat dan kini telah berubah menjadi IDF. Dengan cepat mereka memiliki senapan mesin ringan bernama Uzi, menggantikan sten gun.(rm)