Kumbanews.com – Viral di media sosial kemunculan kerajan baru di Purworejo, Jawa Tengah. Kerajaan tersebut menamakan diri Keraton Agung Sejagat (KAS).
Salah satu akun yang mengunggah informasi tersebut adalah akun Twitter @aritsantoso.
“Yang lagi heboh di Purworejo. Ada orang mengaku dari Kerajaan Agung Sejagat yang menguasai seluruh dunia. Mereka buat keraton-keratonan yang lokasinya di Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
Stres / halu / mau bikin aliran sesat?
Ada-ada saja kelakuan warga 0275,” tulis akun @aritsantoso seperti dilihat detikcom, Senin (13/1/2020) petang.
Hingga pukul 18.59 WIB, cuitan tersebut mendapatkan respons 1.893 retweet, 2.017 suka, dan 464 komentar.
Penelusuran di lapangan, Keraton Agung Sejagat terletak di Desa Pogung Jurutengah, RT 03/RW 01, Kecamatan Bayan. Kerajaan dipimpin pasangan suami istri yakni Totok Santosa Hadiningrat dan Dyah Gitarja.
Saat dimintai konfirmasinya, Kapolres Purworejo AKBP Indra Kurniawan Mangunsong akan mengecek informasi tersebut. Pihaknya berencana memanggil petinggi Keraton Agung Sejagat dan perangkat desa yang nantinya akan dipertemukan dengan Pemda Purworejo.
“Kita nanti akan panggil Totok serta perangkat desa, kita temukan dengan Pemda bagian Penanganan Konflik Sosial (PKS). Nanti kita bahas bersama dengan ahli sejarah Keraton. Jangan sampai nanti terjadi konflik di masyarakat, masyarakat jangan berbuat macam-macam karena masalah yang belum jelas,” kata Indra.
Hingga saat ini, polisi belum bisa menyimpulkan apakah keberadaan Keraton Agung Sejagat itu melakukan penyimpangan hukum atau tidak.
“Kami juga belum tahu persis, apakah ini hanya nguri-uri budaya, hanya cari sensasi atau gimana. Jadi jangan sampai kita salah langkah, kalau ada masyarakat yang resah ada gangguan ya polisi harus ada,” jelasnya.
Salah satu warga setempat yang enggan disebut namanya menuturkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh para penghuni KAS dinilai jauh dari unsur budaya. Aktivitas mereka juga disebutnya beberapa kali mengganggu ibadah warga sekitar.
“Itu kan di dalamnya multikultural, padahal warga sini muslim. Di dalam juga ada sesaji, kadang saat magrib, ritual belum selesai jadi mengganggu ibadah apalagi depannya musala. Yang ganggu aktivitas beribadah, jadi itu yang bikin resah,” katanya dilansir detikcom di rumahnya.
“Pokoknya kalau kliwon (hari pasaran Jawa), banyak pendatang dari luar kota. Kalau budaya si boleh-boleh saja tapi adanya dupa, sajen, dan lain-lain itu yang nggak masuk nalar. Kita tidak mendukung ritualnya itu. Setahu saya mau dibuat wisata, tapi kok kayak gini ternyata,” paparnya.
Viral di media sosial kemunculan Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purworejo, Senin (13/1/2020). Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Sementara itu, salah satu anggota Keraton Agung Sejagat, Ashari, membantah jika keberadaan keraton tersebut meresahkan warga. Bahkan ia menyebut nantinya keraton akan diperluas dan dikembangkan.
“Itu (meresahkan) hanya persepsi warga saja. Menurut saya itu tidak mengganggu wong tidak tiap hari aktivitasnya. Mudah-mudahan dapat dukungan warga dan bisa besar nantinya, mungkin ini nanti akan lebih besar dari Keraton Yogya,” ujarnya saat ditemui di kompleks Keraton Agung Sejagat.[dtk]