Oleh: Muh Osmar
Belum lama ini kita disajikan dengan adanya Tulisan Opini dari Praktisi pendidikan yang mencoba memberikan koreksi terhadap dunia pendidikan khususnya di Konawe Utara, yaitu saudara Oscar Sumardi yang juga merupakan Seorang Sarjana Pendidikan (S.Pd) adalah Sektretaris Umum Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kabupaten Konawe Utara (HIPPMA-KONUT) 2019-2021 kader konawe utara yang kritis, tangguh dan konsisten menyuarakan berbagai kebijakan yang dianggap merugikan. yang kemudian langsung ditanggapi dengan sikap keras “Mengecam” bahkan sampai pemberian ultimatum untuk meminta Maaf atau Dilaporkan.
Sungguh ketika melihat kejadian ini sangat menyesahkan hati dan bisa menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan konawe utara. Tidak tanggung-tangung Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Konawe Utara “berkoalisi” dengan Forum Kepala Sekolah Konawe Utara langsung melakukan pertemuan darurat membahas dan memutuskan sesuatu yang tidak dilakukan dengan kajian matang dan sangat jauh dari nilai-nilai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” atau yang sudah diganti dengan “Pembangun Insan Cendekia”
Penulis yang merupakan Mantan SEKUM HIPPMA-KONUT merupakan anak seorang Guru, memiliki Saudara yang berpropesi sebagai Guru bahkan yang masih Berguru sampai sekarang sangat menyayangkan sikap-sikap yang ditempuh oleh saudara Anas Herson yang ikut melibatkan Nama Besar Persatuan Guru Republik Indonesia yang kayakinan penulis sepenuhnya tidak mewakili “pandangan” semua guru dikonawe Utara.
Ditambah lagi dengan Persatuan Kepala Sekolah (FKS) se-Konawe Utara yang di wakilkan oleh Saudara Suyamin, S.Pd.,MAP dengan Titel yang panjang ternyata tidak menjamin pikiran panjang, dengan dalih sudah memenuhi tanggung jawab sebagai seorang guru yang kebetulan menjadi kepala sekolah dan kebetulannya lagi tersinggung dengan Opini “anak didik”.
Sungguh sangat disayangkan sikap “Auto Kritik sang Pendidik” ketika kemudian ada yang mengkritisi percepatan metode proses belajar-mengajar serta penyerapan ilmu pengetahuan kemudian ditanggapi secara kaku dan jauh dari nilai-nilai sebagai seorang pendidik, seharusnya menjadi introspeksi yang kemudian dikembangkan agar memaksimalkan yang kurang selama ini. Bukan kemudian “Depensif” menganggap diri sebagai manusia setengah dewa, sebagai subjek yang sempurna lalu memosisikan orang diluar yang mengritisi adalah sebuah penghinaan dan menurunkan martabat serta berhak untuk dilecehkan dan dilaporkan. Sugguh Ironis Wajah Guru di Konawe utara dibawah Nakhoda Ruksamin yang tengah yang dicoreng oleh Beberapa Oknum.
Seharusnya tugas pendidik memberikan pencerahan dan penguatan, mendengarkan masukan serta bersedia untuk berbenah demi kemajuan anak cucu bangsa khususnya di konawe utara yang kita cintai, terusterang penulis sering mendegar dan bahkan kita juga semua sebagai seorang yang berguru atau mantan yang berguru. kata-kata petuah dari Maha Guru tahun 1990-an bahwa “Nak… Saya Sangat Bagga Ketika Nanti Melihat Kalian Tumbuh Besar dan Sukses Serta Memiliki Pandangan yang Luas Melebihi Gurumu Ini”.
Wanggudu, 23 Mei 2020