Kumbanews.com – Dua warga China dilaporkan telah terkena penyakit mematikan yang sebelumnya pernah menyebabkan kematian besar-besaran di Eropa yang terjadi lebih dari 600 tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 30 juta orang.
Dua korban berasal dari Provinsi Mongolia. Pihak berwenang mengatakan berusaha keras untuk mencegah agar tidak menular.
China melakukan sensor di Weibo siapa saja yang mendiskusikan soal ini.
Penyakit itu diberi nama Maut Hitam (Black Death) dan kedua pasien sekarang sedan ditangani di rumah sakit Pusat di Beijing.
Belum diketahui bagaimana mereka bisa terjangkit penyakit tersebut.
Bila tidak ditangani dengan baik, penyakit yang sangat menular ini, yang juga dikenal dengan wabah yang menyerang pernapasan, bila berakibat fatal dalam waktu 72.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini merupakan salah satu wabah penyakit yang paling mematikan di dunia.
Menurut pernyataan dari pejabat lokal yang dimuat online, kedua pasien berasal dari provinsi Mongolia Dalam dan menambahkan bahwa pencegahan dan pengawasan sudah dilakukan di sana.
Pemerintah China belum memberikan komentar resmi mengenai kejadian ini, namun WHO mengukuhkan bahwa pemerintah China sudah memberitahu mereka soal kasus tersebut.
Menurut situs WHO, wabah penyakit yang berpusat di paru-paru ini sangat menular dan bisa menyebabkan penyebaran yang cepat antar manusia lewat tetes air liur di udara.
Gejala penyakit ini antara lain demam, muntah, dan pusing.
Ada dua jenis wabah penyakit ini yaitu wabah pneumonia yang menyerang sistem pernapasan dan disebarkan dengan menghirup udara yang dihembuskan penderita.
Jenis lainnya adalah pembengkakan kelenjar getah bening (Bubo) yang muncul di leher korban, ketiak ataupun pangkal paha. Penyakit ini tumbuh dengan berbagai ukuran, dimulai dari sebesar telur hingga sebesar apel.
Pihak berwenang melarang dikusi soal ini di sosial media.
Di Weibo, platform sosial media populer di China, pihak berwenang sudah menghapus pembicaraan mengenai kasus Maut Hitam ini, karena mereka berusaha mengurangi kemungkinan kepanikan.
“Saya hanya ingin tahu bagaimana keduanya sampai ke Beijing.” kata seseorang yang bertanya di Weibo.
“Apakah dengan kereta, pesawat atau mereka naik mobil sendiri.”
“Flu burung di tahun ayam, flu babi di tahun babi.” tulis yang lain. “Tahun depan tahun tikus, wabah ini akan datang.”
Penyebaran wabah ini bermula dari serangga (umumnya kutu) yang terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan pengerat termasuk di antaranya tikus dan marmut yang terinfeksi wabah.
Setelah tikus tersebut mati, kutu menggigit manusia dan menyebarkannya kepada manusia.
Alexandra Phelan professor bidang kesehatan global di Georgetown University Washington DC (AS) mengatakan kepada ABC bahwa kasus wabah Maut Hitam ini sudah pernah terjadi di China sebelumnya.
“Wabah ini bisa menyebar dengan cepat antar manusia dan China harus bisa melakukan pengawasan ketat dan mengecek siapa saja yang kontak dengan penderita.”
“Kasus ini bisa ditangani dengan penggunaan antibiotik, bila diberi dalam waktu segera.” katanya.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional China, lima orang tewas terkena wabah ini dari tahun 2014 sampai September 2019.
Bulan Mei lalu, satu pasangan di Mongolia tewas karena wabah ini karena memakan ginjal marmut yang masih mentah.
Marmut adalah binatang yang diketahui menjadi salah satu selain tikus yang membawa virus tersebut.
Di tahun 2014, seorang pria tewas di Provinsi Gansu yang membuat kemudian 151 orang dikarantina.
Sekitar 30 ribu orang yang tinggal di Yumen, kota di mana pria tersebut meninggal juga dilarang bepergian, dengan polisi memasang palang penghalang di batas kota.
Wabah Maut Hitam ini merupakan salah satu wabah yang paling mematikan dalam sejarah keberadaan manusia di bumi.
Di Eropa di abad pertengahan sekitar 30 juta orang meninggal karena wabah tersebut, sepertiga dari penduduk Eropa ketika itu. [vn]