Kumbanews.com – Venezuela tengah bergulat dengan krisis dalam beberapa bulan terakhir. Inflasinya telah meroket dan mencapai 82.766 persen. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memperkirakan inflasi di negara itu dapat menembus 1 juta persen di akhir tahun ini.
Sejak tahun 2014, lebih dari 2 juta orang Venezuela telah meninggalkan negara tersebut. Hal tersebut lantaran Venezuela sering mengalami pemadaman listrik dan kekurangan air, serta menderita kekurangan makanan dan persediaan medis.
Untuk mengatasi krisis yang tengah melanda negaranya, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, berusaha mendapatkan bantuan dari salah satu pemberi pinjaman terbesar dunia, Cina, untuk membantu negara Amerika Selatan yang sedang mengalami krisis serius tersebut.
Maduro saat ini mengunjungi Beijing dan akan mengadakan perundingan dengan Presiden Xi Jinping serta Perdana Menteri Li Keqiang.
“Venezuela berdiri di atas kakinya sendiri. Terima kasih kepada kuatnya hubungan Cina – Venezuela, Venezuela dapat mengatasi keadaan,” kata Maduro, seperti dilaporkan televisi Pemerintah Venezuela, VTV.
Maduro mengakui negaranya menghadapi masalah besar dalam 36 bulan terakhir, sebab harga minyak sebesar 20 dolar AS per barel atau hampir Rp 300 ribu dan terkadang tak dapat menutupi biaya produksi. Sementara, pembayaran utang luar negeri lebih dari 74 miliar dolar AS atau Rp 1 triliun, hanya berbeda sedikit dengan PDB negaranya.
Lebih dari satu dekade, Cina menghibahkan lebih dari 50 miliar dolar ke Venezuela melalui kesepakatan pinjaman. Pinjaman tersebut ditukar dengan minyak yang membuat Cina dapat memastikan cadang sumber daya energi mereka.
Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, Cina sangat terbantu dengan kesepakatan ini. Terutama semakin kuatnya sikap anti-Amerika di negara-negara Amerika Latin.
Sebelumnya, Venezuela telah menerima pinjaman 5 juta dolar AS dari Cina untuk meningkatkan sektor perminyakan mereka.