Cerita Subaeda Gagal Mudik ke Kendari karena Telat Check-in, Tiket Pesawat Rp4 Juta Hangus

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Pemudik asal Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, gagal mudik Lebaran karena telat check-in di Bandara Internasional Juanda Surabaya.

Subaeda Hafid penumpang yang gagal mudik saat Lebaran mengisahkan, seharusnya ia mudik dari Malang, Jawa Timur, menggunakan pesawat sekitar pukul 15.30 WIB. Namun, Subaeda dan keluarganya tidak bisa ikut penerbangan karena telat check-in.

Bacaan Lainnya
Anak -anak Subaeda

Subaeda tiba di (Subkelas S) Terminal 1A Bandara internasional Juanda surabaya pada pukul 14.30 WIB. Setelah itu ia langsung mengantri untuk check-in di loket maskapai Lion Air. Tapi, saat dirinya check-in petugas di Bandara mengatakan,” sudah tidak bisa, ibu telat check-in”.

Tiket penerbangan lion air

” Kecewa pasti, karena saya sudah
mengantri sekitar 20 hingga 30 menit, saat tiba giliran, petugas Bandara mengatakan kalau waktu check-in sudah habis. ” ucap Subaeda kepada kumbanews, Jumat (5/04/2023).

Saat petugas Bandara mengatakan hal tersebut Subaedah mengaku kaget kemudian ia mendatangi customer service maskapai yang juga terletak di (Subkelas S) Terminal 1A Juanda untuk menanyakan perihal dirinya yang tidak bisa check-in.

” Saya ke bagian customer service maskapai menanyakan kenapa saya tidak bisa check-in apakah tiket pesawatnya hangus. Lalu Petugas customer service menjawab betul tiketnya sudah tidak bisa dipakai, ” ujar Subaeda.

Karena rasa rindu ingin bertemu keluarga di kampung halaman, Subaeda tak putus asa dirinya berusaha mencari tiket lain yang murah untuk rute penerbangan dari Bandara Internasional Juanda Surabaya ke Bandara Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara. Namun, sayang meski dirinya sudah berusaha tapi tak ada tiket untuk rute tersebut.

” Saya sudah berusaha kasian, bolak-balik di Bandara mencari tiket tujuan Kendari, tapi apa mau dikata tiket semua habis. Ada ji tiket pesawat ke Kendari 3 hari kedepannya tanggal 27 April, tapi harganya sudah naik Rp 1,7 juta per orang,” tuturnya.

” Padahal tiket yang saya beli sebelumnya itu harganya hanya Rp 4 juta. Karena kami ada 4 orang, saya, suami dan dua orang anak saya. Karena terlalu mahal bagi saya jadi tiketnya tidak saya beli.
Sempat saya menangis histeris depan orang-orang atau penumpang lain biar lega perasaan ku karena rugika kasian, uang Rp 4 juta hangus begitu saja,” sambungnya.

Karena uang di dompet Subaeda menipis akhirnya dia dan keluarga memutuskan menginap di Bandara Juanda Surabaya.

“Isi dompet menipis tidak cukup lagi buat beli tiket saya dan suami serta kedua anak saya menuturkan menginap di Bandara Internasional Juanda Surabaya. . Saya dan hanya bisa menangis. Saya juga kasihan sama kedua anakku yang pertama berusia 5 tahun dan anak kedua 2 tahun,” ucap Subaeda dengan mata berkaca-kaca.

Subaeda bersi keras ingin pulang mudik saat itu karena seluruh keluarganya sudah menunggu kabar kedatangan mereka di kampung halaman dan ingin melepas rindu setelah sebulan penuh selama Bulan Ramadhan di kampung halaman sang suami Hendra.

Mereka berangkat ke bandara internasional Juanda surabaya tanggal 24 April dengan menyewa travel seharga Rp 500 ribu dan jarak tempuh dari kampung halaman suaminya di Malang, menuju Bandara Juanda sekira 4 – 5 jam.

“Ya jadi kira-kira uang yang keluar itu sampai Rp 700 ribu ditambah dengan uang makan di jalan. Itu belum sama tiket pesawatnya yang hangus senilai Rp 4 juta,” ujarnya.

“Padahal uang Rp 4 juta itu
berbulan-bulan saya kumpulkan untuk bisa mudik dan pada akhirnya setelah mau mudik harus kecewa lagi dengan kehilangan cuma-cuma uang sebesar Rp4 juta, ucapnya.

Subaeda juga kecewa kepada pihak maskapai penerbangan Lion Air karena menurutnya tidak memiliki rasa kasihan terhadap orang kecil seperti dirinya yang hanya pedagang asongan.

” Kami ini yang merantau jauh, sampai kami harus keluyuran 3 hari 3 malam tidur di lantai yang dingin, makan biskuit bekal seadanya, karena harga makanan disitu cafe-cafenya mahal 3x lipat dari warung makan pada umumnya, Jadi kami tidak mampu beli. Karena itu tidak ada bantuan dari pihak baik dari maskapai Lion Air ataupun Bandara besar internasional Juanda Kota Surabaya. Padahal waktu itu seandainya kalau memang sudah mau telat atau darurat pesawat mau berangkat harusnya pembesar suara di bandara tersebut menyebutkan nama kami memanggil (menginfokan) dengan tepat sasaran biar kami tahu dan tidak bingung mengantri check in, “bebernya.

” Seandainya barang kami yang mau dimasukkan saat itu dibagasi pesawat sudah tidak bisa, kami rela dan ikhlas biar tidak membawa barang-barang kami satu pun asal kami diizinkan terbang hari itu juga. Kami ber empat mau-mau saja asal bisa terbang ke kota tujuan dan kami kirim pesan ke aplikasi Traveloka, tapi ternyata tetap tidak bisa juga, itu yang kami sayangkan baik dari pihak maskapai bahkan bandara internasional Juanda Surabaya tersebut tidak ada sama sekali perhatiannya kepada penumpang. Saya tidak tahu entah ini permainan atau bukan wallahu’alam,” tutupnya.

 

Video:

 

 

 

Pos terkait