Keluarga Mengecam Bullying di Medsos Terhadap Korban Pengeroyokan Muhammad Khaidir

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Sunarti Shofiyyah  mengecam pelaku penganiayaan Muhammad Khaidir, mahasiswa Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, yang mengakibatkan korban meregang nyawa.

Menurut Sunarti yang juga keluarga korban mengatakan, kejadian yang beredar di media sosial, itu adalah bagian pembenaran dari pihak sana yang katanya korban mengamuk di masjid, kemudian dari situlah dijadikan dasar untuk menghabisi nyawa Khaidir dengan cara di keroyok.

Bacaan Lainnya

” Negara kita adalah negara hukum apalagi dalam agama Islam sangat tidak dibenarkan main hakim sendiri, tanpa tabayyun (mencari kejelasan sesuatu sampai jelas kebenarannya), apalagi korban ini dihabisi dengan sadis”, ujarnya, Rabu 12 Desember 2018.

Lanjut Sunarti, banyak yang mengatakan korban mengamuk atau mau mencuri, dan depresi. Tapi, di malam kejadian saat menuju ke Jeneponto untuk menemui sepupunya, korban ini singgah di rumah kos teman sekampungnya untuk sholat Isa.

Menurut orang tua korban, akhir – akhir ini korban suka sekali sholat Tahajjud, bahkan korban sering mengingatkan orang tuanya dua hari sebelum kejadian untuk bangun sholat Tahajjud. Ucap Sunarti.

“Dimalam kejadian boleh jadi korban singgah di Masjid untuk istirahat karena sudah pukul 2.30 dini hari, ataukah mungkin korban mau sholat Tahajjud”.

“Kenapa dikatakan mengamuk atau mau mencuri kenapa di malam kejadian itu Nakda Muh Khaidir, memarkir motornya di dekat Masjid dengan cara di kunci leher, logikanya kalau ada perencanaan mau mengamuk pastilah motornya tidak akan di kunci leher karena dia pasti akan melarikan diri dengan cepat, apa lagi mencuri itu sangat tdk  mungkin karena selama 8 tahun 7 bulan saya bermulazamah dengan keluarganya dan saya merasakan keluarga Nakda Khaidir sangat-sangat tidak kekurangan”.Terang Sunarti.

Ia pun menuturkan bahwa, orang tua korban, menjabat sebagai Kepala Sekolah (H. Baharuddin) dan ibunya seorang Guru ( Hj. Hasnillah) dan keluarganya juga cukup terpandang di Manarai.Dan baru 3 hari yang lalu dikirimi uang oleh orangtuanya sebanyak Rp 2 juta.

Sunarti juga mengatakan, bahwa selama ia mengajar di Manarai tak pernah sekalipun mendengar, atau melihat tindak kriminalitas yang dilakukan korban. Bahkan dari cerita orang terdekat korban dan juga tentangga, korban selalu melakukan hal-hal positif ini membuktikan kalau korban adalah orang baik.

 

“Jadi tolong melalui media ini, mari kedepankan prasangka baik kita, biarkan aparat hukum yang menyelesaikan dan mengusut  tuntas masalah ini, semoga keluarga diberi ketabahan dalam musibah ini.” Tutup Sunarti.

 

Penulis: Amir Eppe

Editor   : Muh.Yusuf Hafid

Pos terkait