Perempuan Difabel dan Down Syndrome Tampil Jadi Model di New York Fashion Week

Kumbanews.com – Dunia fashion tengah berusaha mengangkat isu keberagaman dan mengubah pandangan masyarakat bahwa hanya orang-orang ‘sempurna’ saja yang bisa tampil di industri mode. Label bernama Chromat di New York Fashion Week S/S 2019 berusaha membuktikannya dengan menghadirkan beragam model yang berbeda-beda.

Label asal New York tersebut menghadirkan keberagaman model untuk mempresentasikan koleksi Spring/ Summer 2019 mereka. Mulai dari Ericka Hart, seorang penyintas kanker payudara, model plus-size, hingga model berhijab. Chromat seakan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menunjukkan komitmennya dalam mendukung keberagaman dan pemberdayaan perempuan.

Bacaan Lainnya

Chromat merupakan sebuah label yang memproduksi pakaian renang. Jadi, model-model tersebut benar-benar menunjukkan bentuk tubuh mereka secara real dalam balutan pakaian renang yang eksentrik kepada para penikmat fashion di seluruh dunia.

Para model tidak hanya sekadar berlenggok seperti pada fashion show lain. Model Ericka Hart berjalan di atas runway dengan bangga memamerkan luka bekas operasi kanker payudara yang ia jalani. Tindakan tersebut bertujuan untuk mendorong perempuan agar lebih percaya diri dan menerima bentuk tubuh dan luka yang mereka miliki.

Selain Ericka, dalam pagelaran busana tersebut ada salah satu model sekaligus aktivis difabel yang menarik perhatian dunia. Ia adalah Mama Cax, perempuan yang kakinya diamputasi dan harus menggunakan kaki prostetik untuk membantunya berjalan.

Fashion show Chromat merupakan debut pertama Cax sebagai model runway. Mama Cax merupakan seorang model-aktivis berkulit hitam dan memiliki identitas sebagai LGBTQ+ yang berusia 28 tahun. Dalam show Chromat, Cax tampil memukau dengan memakai dua potong baju renang yang didominasi warna hitam dan kuning. Kaki prostetiknya diberi aksen lampu-lampu kecil berwarna biru yang membuatnya semakin terlihat stunning di New York Fashion Week 2018.

Cax sendiri telah didiagnosa menderita kanker tulang dan paru-paru sejak berusia 14 tahun dan diperkirakan bisa bertahan hidup hanya dalam waktu tiga minggu saja. Selama proses pengobatan, ia harus rela kehilangan kaki kanannya dengan amputasi di bagian pinggul.

Dilansir dari ELLE Online Cax mengatakan ia harus menunggu sekitar tiga tahun untuk akhirnya berani tampil di depan umum. “Saya mungkin menunggu waktu selama tiga tahun sebelum akhirnya pergi ke kolam renang atau bahkan ke pantai. Dan itu terjadi karena saya tidak nyaman dan percaya diri dengan tubuh saya,” tuturnya.

Apa yang dilakukan oleh Mama Cax dan Chromat begitu menginspirasi banyak orang, terutama bagi mereka yang mengalami hal serupa dengan para model yang tampil di fashion show Chromat.

“Kemarin saya hadir dalam sebuah acara bersama dengan banyak perempuan yang memiliki tampilan fisik berbeda-beda dan memakai kursi roda. Mereka tidak pernah melihat seseorang yang memiliki tampilan seperti mereka menjadi sampul sebuah majalah atau berjalan di runway. Jadi bagi mereka apa yang kami lakukan itu sangat berarti,” ungkap Mama Cax seperti dilansir ELLE Online.

Selain Chromat, ada brand lain yang juga menunjukkan dukungannya terhadap keberagaman dalam gelaran New York Fashion Week 2018. Fashion show milik Talisha White menghadirkan model Down’s syndrome, Marian Avila (21) untuk membawakan koleksi Spring 2019 mereka. Perempuan asal Spanyol ini sudah menjadi model dan aktris sejak kecil dan sudah lama memiliki impian untuk bisa tampil di runway sebuah rumah mode ternama.

“Saya merasa sangat bahagia dan sangat menyukai runway-nya. Saya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada batasan apapun,” kata Avila pada Associated Press.

Apa yang dilakukan oleh dua rumah mode tersebut  di New York Fashion Week semakin menandakan bahwa industri fashion sudah mulai terbuka terhadap isu-isu perbedaan dan tidak melulu menunjukkan bahwa kesempurnaan adalah segalanya.

Pos terkait