Kumbanews.com – Peningkatan signifikan kekuatan militer China dianggap semakin mengancam Amerika Serikat (AS). Harus mengantisipasi kemungkinan terburuk, militer AS juga dipusingkan dengan pemangkasan dana pertahanan.
Sorotan diarahkan kepada jet tempur Boeing F/A-18 Super Hornet, yang dianggap kurang memadai jika digunakan untuk pertempuran. Menurut laporan Bulgarian Military News, jet tempur yang menjadi kendaraan tempur utama justru berada dalam bahaya.
Kualitas F/A-18 Super Hornet diragukan, lantaran berada dalam ancaman rudal-rudal anti-pesawat China. Tak cuma itu, sejumlah kapal induk AS juga bisa hancur seketika.
Pasalnya, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) memiliki senjata yang dijuluki “pembunuh kapal induk”, yakni rudal balistik Dongfeng DF-21D.
Dalam data yang dikutip dari Defense News, rudal balistik DF-21D memiliki diameter 1,5 meter dan panjang mencapai 10-12 meter.
Rudal ini diduga mampu menghancurkan kapal induk, dengan jarak jangkauan mencapai 100-1.450 kilometer. Itu berarti, kapal-kapal induk AS bisa dihancurkan sebelum masuk ke wilayah perairan China.
Di sisi lain, wabah Virus Corona (COVID-19) yang dengan keras menghantam AS berdampak buruk pada dunia militer. Sementara Komite Senat AS untuk Angkatan bersenjata mengharuskan Angkatan Laut menciptakan pesawat tempur baru, di sisi lain Kongres AS justru memangkas dana program pembuatan pesawat tempur.
Kongres AS disebut mengurangi dana Kementerian Pertahanan terkait program pembuatan pesawat tempur. Dari yang tadinya sebesar 20,7 juta Dollar (Rp295 miliar), terjun bebas ke angka 7,1 juta Dollar (Rp101,2 miliar).
Angkatan Laut AS sendiri sebenarnya sudah berencana untuk membeli setidaknya 36 unit F/A-18 Super Hornet mulai 2022 hingga 2024 mendatang.
Akan tetapi, rencana itu batal demi penghematan sebesar 4,6 juta Dollar (Rp64,1 miliar). Kabarnya, dana tersebut akan digunakan untuk membangung program pesawat tempur generasi keenam. []