Kapolsek Konda Diduga Lecehkan Profesi Wartawan

  • Whatsapp

Ilustrasi

 

Bacaan Lainnya

Kumbanews.com – Kepala kepolisian Sektor (Kapolsek) Konda AKP Syafruddin diduga melakukan pelecehan terhadap salah satu wartawan media online saat melakukan peliputan demo masyarakat Desa Morome, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan pada Rabu (07/10/2020).

Pasalnya, Kapolsek tersebut diduga menarik tanda pengenal atau ID Card salah satu wartawan dari PENASULTRA.COM / FOKUSTIME.COM secara kasar saat ia hendak melakukan wawancara kepada Kepala Desa Morome, terkait adanya temuan dugaan penyalahgunaan dana desa sejak tahun 2016 sampai 2020.

La Ode Husaini selaku wartawan yang merasa dilecehkan mempersoalkan hal terutama karena menurutnya, dia sudah menggunakan atribut wartawan yaitu baju PDH milik PENASULTRA.COM tetapi oknum Kapolsek tersebut masih meragukan bahwa dia adalah seorang wartawan media online yang sedang melakukan peliputan.

“Padahal saya pakai PDH lengkap dgn ID Card saya, Dia rupanya tidak percaya bahwa saya wartawan”. Kata Husaini saat ditemui di lokasi demonstrasi, Rabu, 7 Oktober 2020.

Tidak hanya itu, Kapolsek Konda juga melakukan penarikan secara kasar dan memerintahkan kepada anggotanya untuk memfoto ID Card dan pribadi dari wartawan tersebut.

“Di tarik secara kasar dan dia perintahkan anggotanya dia foto id card saya dan muka saya juga ikut di foto oleh anggotanya, Dia juga cegah saya untuk melakukan wawancara dengan kepala desa. Dan itu banyak teman-teman media dan masyarakat yang menyaksikan”, jelasnya.

Ia juga mempertanyakan dari sekian banyak wartawan yang melakukan peliputan pada saat aksi tersebut mengapa hanya dia yang di perlakukan seperti itu padahal menurutnya banyak wartawan lain yang tidak mengeluarkan ID Card nya dan bahkan tidak menggunakan baju PDH dari media mereka.

“Dan saya juga mempertanyakan kenapa hanya saya yang diperlakukan seperti itu, padahal ada beberapa teman-teman wartawan yang tidak pakai ID Card tapi tidak diperiksa dan di foto oleh beliau”, jelasnya.

“Kemudian soal pencegahan terhadap saya untuk wawancara kepada kepala desa, Kapolsek tidak berhak melarang itu, karena dia tugasnya bukan sebagai Humas ataupum Jubirnya Kepala Desa. Dia seharusnya hanya mengamankan situasi saat masyarakaat demo. Terkecuali pak Kepala Desa menolak atau belum bersedia untuk di Wawancarai. Itu hak dia, kita harus hargai”, ketusnya.

Salah satu masyarakat Desa Morome yang enggan disebutkan namanya menyayangkan sikap Kapolsek yang terkesan arogan terhadap oknum wartawan tersebut.

Padahal, menurut dia kehadiran para wartawan dalam aksi demonstrasi masyarakat Desa Morome itu sangat membantu dalam mempublish kegiatan mereka.

Saat di konfirmasi kepolsek konda AKP Syafruddin tidak membenarkan adanya hal itu karena menurutnya dia tidak menarik id card dari wartawan tersebut dia hanya ingin melihat indentitas dari wartawan tersebut.

“Bukan di tarik id card nya saya cuman mau melihat karena di kantongi kan media itu kan di keluarkan itu aja” kata Syafruddin.

Saat di tanya maksud dari dia memerintahkan kepada anggotanya untuk memfoto ID Card dan pribadi dari oknum wartawan tersebut dia, mengatakan tidak memiliki maksud apapun dan menurutnya itu hal yang wajar.

“Saya foto wajar ngak ada maksud dan tujuan saya cuman mau tau siapa itu media mana dan jangan di kantongi kalau anda keluarkan bisa saya lihat saya suruh foto supaya saya liat ngak ada masalah saya cuman mau liat aja” jelasnya.

“Ia juga menambahkan sanggup mempertanggungjawabkan perbuatannya itu dan saya bisa pertangungjawabkan” tutupnya.(rilis)

Pos terkait